Wisata gunung bromo memang memiliki banyak pesona dan daya tarik mulai dari area seluas 10 km yang berupa padang pasir hingga pemandangan matahari terbit terbaik di Jawa Timur meski harus rela mendaki 250 anak tangga untuk bisa merasakan suasana magisnya. Tidak hanya alamnya saja yang bisa wisatawan nikmati dengan berlibur ke wisata Gunung Bromo. Ada nilai-nilai budaya yang bisa Anda rasakan terutama dari masyarakat Suku Tengger yang merupakan masyarakat penduduk asli atau pribumi di area Gunung Bromo. Masyarakat Suku Tengger yang masih menerapkan adat-adat tradisional memberikan warna yang menunjukkan sisi lain dan sisi mistis dari Gunung Bromo dan bisa membuat liburan Anda menjadi lebih bermakna. Berikut adalah mitos-mitos yang diyakini oleh masyarakat Suku Tengger sebagai informasi untuk Anda.
Wisata Gunung Bromo sangat mengasyikan
Wisata gunung bromo rasanya tidak lengkap jika tidak mengenal kehidupan sosial di Bromo dengan lebih dekat. Mengenal kepercayaan yang dianut oleh suku tertentu bisa menjadi cara bagi kita untuk menghargai orang lain dan menambah wawasan kebangsaan bahwa Indonesia ini memang sangat beragam akan nilai adat tradisionalnya dan mengajarkan pada kita untuk bertoleransi terhadap perbedaan.
Suku Tengger yang merupakan warga menganut agama Hindu dipercaya merupakan keturunan dari kerajaan Majapahit sebelum akhirnya kerajaan tersebut hancur karena masa kejayaan yang sudah lewat dan digantikan dengan era kerajaan Islam. Beberapa kepercayaan menarik yang dianut oleh Suku Tengger adalah sebagai berikut:
Suku Tengger yang merupakan warga menganut agama Hindu dipercaya merupakan keturunan dari kerajaan Majapahit sebelum akhirnya kerajaan tersebut hancur karena masa kejayaan yang sudah lewat dan digantikan dengan era kerajaan Islam. Beberapa kepercayaan menarik yang dianut oleh Suku Tengger adalah sebagai berikut:
- Danyang/pepunden yang merupakan tempat pembakaran bunga dan boneka terbuat dari pelepah pisang pada saat upacara kematian adalah tempat yang dianggap sakral atau keramat
- Masyarakat Suku Tengger percaya dengan kekuatan pawing hujan yang bisa mengendalikan hujan dan sering digunakan untuk menurunkan hujan apabila kekeringan atau mencegah hujan bila ada event tertentu.
- Ketika memasuki Sanggar Tunggal Jati yang merupakan tempat ibadah umat Hindu di Bromo, pengunjung harus disucikan dengan air suci sementara untuk wanita tidak boleh dalam keadaan menstruasi serta tidak boleh bertindak dan berbicara kasar atau kotor.
- Di persimpangan jalan atau di depan beberapa rumah biasanya terdapat sesajian berupa buah-buah yang dipotong dan disebut dengan Padmasana. Padmasana kemudian dimasukkan ke dalam Tamping yang diisi dengan bunga, jenang merah dan putih diletakkan di tempat tertentu untuk menangkal malapetaka, penyakit, maupun kesialan lainnya.
- Berbeda dengan mitos adat lain yang banyak percaya dengan adanya santet, teluk, pelet, dan lain sebagainya, masyarakat Suku Tengger tidak mempercayai tentang hal-hal tersebut.
Pantangan berlibur di Gunung Bromo
Melakukan wisata gunung bromo mungkin Anda mendapatkan beberapa peringatan dari agen travel Bromo Anda mengenai pantangan atau hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama berada di kawasan Bromo. Pantangan ini masih ada hubungannya dengan kepercayaan masyarakat Suku Tengger yang juga sebaiknya dipatuhi oleh wisatawan. Selama tidak merugikan orang lain, tidak ada salahnya Anda mematuhi pantangan berikut untuk menghormati Bromo dan penduduknya:
- Dilarang melangkahi pawon yang merupakan alat untuk memasak dalam budaya Suku Tengger. Jika melangkahi pawon dipercaya jodoh Anda bisa diambil oleh orang lain.
- Dilarang menikahi orang yang masih ada hubungan darah meskipun jauh jika tidak ingin ada hal buruk yang terjadi
- Ketika wisata gunung bromo, tidak boleh membawa batu bata dari gunung keluar kawasan, serta tidak boleh kencing menghadap kea rah Gunung Bromo.
- Masuk ke dalam pura tidak diperkenankan bertindak, berbicara, bahkan berpikir hal yang tidak pantas. Bagi wanita yang sedang haid dilarang masuk ke area suci untuk sembahyang.